Allah SWT tidak hanya mengirim kita ke dunia, tetapi juga
memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana kita harus menyikapi hidup ini. Cara
hidup yang dipilih Allah Ta’ala untuk kita, itulah yang disebut “din” atau agama (Islam). Agama
bukanlah hanya sekedar beberapa bentuk amalan dan ritual. Agama adalah pola
hidup, yang melibatkan seluruh aspek kehidupan ummat manusia. Tidak ada bagian
dari salah satu aspek kehidupan manusia yang dapat disebut sebagai agama,
apakah itu berhubungan dengan iman, ibadah, akhlaq, mualamat, muasyarat.
Tetapi, kelima aspek kehidupan inilah yang disebut sebagai agama, sehingga
tidak dapat dipisah-pisahkan, harus utuh
dilaksanakan secara keseluruhan, tidak hanya menekuni salah satu aspeknya saja.
Melaksanakan perintah Allah sesuai dengan ajaran dari Rasulullah SAW, dengan
berpegang teguh pada kelima aspek tersebut, itulah yang disebut sebagai agama.
Siapa saja yang mengikuti cara-cara Rasulullah SAW dan ta’at kepada Allah
Ta’ala dengan berpedoman kepada lima aspek tertsebut, dapat dikatakan orang itu
ada agama pada dirinya.
Allah SWT
telah memberikan petunjuk-petunjuk yang apabila kita ikuti, maka akan dapat
mengantarkan kita kepada suatu kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat
nanti. Allah Maha Tahu, apa sebenarnya kebutuhan dari ciptaan-Nya. Allah tidak
hanya sekedar memberikan petunjuk-petunjuk yang sempurna dalam kehidupan ini,
tetapi siapa saja yang melaksanakan petunjuk-petunjuk
tersebut dan ta’at kepada-Nya, akan mendapat kesuksesan di dua tempat yaitu
dunia dan akhirat. Allah akan memberikan barokah di dunia ini dan menaikkan
derajatnya di akhirat.
Pengetahuan
manusia sangatlah terbatas, demikian pula ilmunya juga sangat sedikit, serta
tidak tahu apa kerugian-kerugian yang telah dilaluinya dan kerugian-kerugian
yang akan dihadapinya kelak. Hanya dengan mengikuti pola hidup Rasulullah SAW,
kita akan mendapatkan kesuksesan. Kalau tidak, apapun pola hidup yang manusia
ikuti apakah dia pria atau wanita, akan menjerumuskannya ke dalam kegagalan dan
kerugian sehingga tidak ada keuntungannya sama sekali. Kalaulah manusia itu ada
yang mengatakan mengalami kesuksesan tanpa mengikuti pola hidup Rasulullah SAW,
sifatnya sangat sementara dan waktunya hanya di dunia ini saja. Meskipun
manusia tersebut dapat dikatakan sukses, namun dalam realitanya, kehidupannya
adalah penuh dengan tipu daya, bukan kesuksesan hakiki dan juga tidak
menguntungkan sama sekali. Tidak ada satupun ilmu pengetahuan manusia, yang
dapat bekerja di akhirat nanti, tidak ada yang dapat menolongnya, kecuali
petunjuk-petunjuk dalam agama, dan hanya inilah yang disebut sebagai sukses.
Apapun pola hidup manusia, di luar agama, hanya akan mendatangkan kerugian dan
kegagalan semata. Manusia, karena kesombongannya dan tidak menyadari kerugian
yang sebenarnya dalam mengikuti pola hidup yang hanya mengikuti keputusan dan
naluri mereka sendiri, pada suatu saat akan mengalami kerugian kemudian muncul
kekhawatiran-kekhawatiran. Ia menghadapi kesulitan di dunia dan di akhirat, dan
hanya Allah-lah yang mengetahui kesulitan-kesulitan yang akan dihadapinya.
Semenjak
Allah menurunkan anak cucu Adam As. ke muka bumi ini, sejak saat itu Allah
Ta’ala juga menurunkan petunjuk-petunjuk-Nya. Pada setiap masa seorang Nabi
datang, selalu disertai dengan petunjuk-petunjuk. Pada saat seorang Nabi
meninggalkan dunia ini, diturunkan seorang Nabi yang lainnya lagi. Dengan
kedatangan Rasulullah SAW, maka rantai kenabian telah terputus dan stempel
kenabian berakhir pada Rasulullah SAW. Sekarang, tidak akan datang lagi seorang
Nabi, dan juga tidak akan datang petunjuk-petunjuk yang baru. Petunjuk-petunjuk
yang sudah diturunkan oleh Allah SWT adalah merupakan petunjuk yang sudah
lengkap dan terakhir, serta akan abadi sampai datangnya hari kiamat nanti.
Sejalan dengan kemajuan peradaban manusia,
seorang Nabi yang diturunkan oleh Allah, syariat-syariat agama yang
diturunkan bersama Nabi tersebut, disesuaikan dengan waktu dan tingkatan mental
ummat pada waktu itu. Pada saat Rasulullah SAW datang, peradaban manusia sudah
sempurna, oleh karena itu syariah yang diturunkan sudah sempurna, sehingga
tidak diperlukan lagi syariah yang baru. Sebagai contoh, baju yang dikenakan
oleh seseorang. Pada saat ia baru lahir ke muka bumi, ukuran bajunya hanya satu
macam. Pada saat si anak berumur 5 tahun, maka baju yang lama atau pada saat
dia masih bayi, sudah tidak dapat digunakan lagi dan ukuran baru harus dibeli.
Demikian pula pada saat berumur 10 tahun, ukuran baju anak tersebut akan
berubah semakin besar. Manakala anak tumbuh terus menerus sampai pada umur
tertentu/matang, sampai dengan saat ia meninggal, maka ukuran baju akan tetap
sama yaitu satu ukuran saja. Demikianlah, peradaban manusia yang terus tumbuh berkembang
sampai dengan datangnya Rasulullah SAW, peradaban manusia sudah sempurna atau
matang, sehingga tidak diperlukan lagi syariah-syariah baru.
Kedatangan
para Nabi sudah berhenti, tetapi kerja para Nabi tidak pernah dan tidak akan berhenti. Dengan barakah yang diberikan oleh
Allah SWT, bersamaan dengan tugas-tugas yang dibebankan kepada Rasulullah SAW,
maka tugas dan kerja para Nabi tersebut diletakkan di pundak ummat ini.
Sehubungan dengan hal itu, maka telah menjadi kodrat Allah bahwa pada hari kebangkitan
nanti, ummat-ummat Nabi yang lainnya diminta untuk memberikan jalan dan
memberikan prioritas utama kepada ummat Rasulullah SAW, untuk menghadap kepada
Allah SWT. Pada saat ummat Rasulullah SAW, melewati ummat-ummat terdahulu, maka
para ummat tersebut akan mengatakan bahwa ummat Rasulullah SAW, mempunyai
kualitas sebagai seorang Nabi. Apakah yang menyebabkan kemulian semacam ini ?.
Kualitas mulia tersebut, dikarenakan ummat Rasulullah SAW, telah mengemban
tugas kenabian, yaitu berdakwah,
mengajak ummat manusia untuk ta’at kepada Allah Ta’ala dan menjauhi
larangan-Nya. Manakala dakwah hidup, maka semua aspek agama akan menjadi segar
kembali dan seluruh aspek yang diperintahkan oleh Allah SWT akan hidup.
Sementara itu, sehubungan dengan berhentinya kerja dakwah, maka kehidupan
syaitan telah memasuki pola hidup kita, sehingga peradaban manusia menjadi
sakit. Obat mujarab untuk menyembuhkan penyakit itu, adalah hanya dengan
dakwah. Oleh karena itu, kita harus
menjadikan dakwah sebagai maksud hidup kita. Apabila kita secara terus
menerus melakukan usaha dakwah, maka seluruh kehidupan agama termasuk
cabang-cabangnya akan hidup dan tumbuh dengan subur.
Imam Malik
Rah.A, telah mengatakan bahwa ummat yang hidup saat ini, akan dapat mengikuti
jejak para pendahulunya, dengan cara melakukan dakwah. Pada saat mereka
melakukan dakwah, maka pada saat itu pula akan menghasilkan kebaikan-kebaikan.
Pada saat kebaikan-kebaikan semakin tersebar di permukaan bumi ini dan
berserakan di mana-mana, maka kita akan mendapatkan Rahmat dan Barokah dari
Allah SWT. Allah Ta’ala tidak mempunyai hubungan dengan siapapun. Allah memulai
semuanya dengan “petunjuk”. Bagi
siapa saja yang mengikuti petunjuk-Nya, maka akan mendapat rahmat dari Allah
Ta’ala. Dan siapa saja yang mengabaikan petunjuk-Nya, maka Allah tidak merasa
dirugikan apa-apa, tetapi justru akan merugikan mereka yang meninggalkannya.
Siapa saja yang tidak ta’at kepada Allah, maka justru akan membawa kerugian
pada diri sendiri. Apabila perintah-perintah Allah tidak ditegakkan di muka
bumi ini, maka Kebesaran dan Kemuliaan Allah tidak akan berkurang sedikitpun.
Demikian pula, pada saat seluruh manusia ta’at kepada-Nya, maka Kebesaran dan
Kemuliaan Allah juga tidak akan bertambah. Jika seluruh ummat manusia tidak
ta’at kepada Allah, maka Allah juga tidak akan menderita kerugian sedikitpun.
Apapun masalah yang dihadapi oleh manusia, apakah itu kemuliaan atau
kehancuran, semata-mata hanya akibat dari ulah manusia yang bersangkutan. Oleh
karena itulah sahabat-sahabatku, dakwah sangatlah penting pada saat sekarang
ini, sehingga seluruh aspek kehidupan akan berjalan di bawah petunjuk yang
benar, yang pada gilirannya kita akan mendapatkan cucuran rahmat dan keberkahan
dari Allah Ta’ala.
Bagi mereka yang terus menerus
melakukan usaha dakwah dan menanggung segala akibatnya, maka amal dakwah akan
mereka terima, dan melalui dakwah inilah seluruh pola kehidupan yang benar akan
datang. Seluruh Ambiya yang datang, telah melakukan usaha dakwah.
Pada saat
ini, kita sering mendengar slogan-slogan atau ide-ide baru yang mengatakan
bahwa kita akan mengalami kejayaan atau dapat berkembang, apabila Islam harus
ditingkatkan, materi dunia harus dikuasai, kedudukan tinggi harus ditempati dan
lain sebagainya. Seluruh Ambiya datang, dan melakukan kerja atau usaha atas Iman, mereka bekerja atas hati-hati
manusia. Apabila hati-hati manusia sudah dapat dibenahi, maka seluruh tatanan
kehidupan secara otomatis akan terbenahi pula, dan kesemuanya akan berjalan
dengan normal. Sasaran kerja para Nabi, adalah hati manusia sehingga iman akan
masuk ke dalam hati manusia. Dan imanlah benda dalam tubuh manusia yang paling
berharga. Oleh karena itu, kita harus menjadikan dakwah sebagai suatu tugas
mulia, dan meletakkannya di atas pundak kita, sebagai beban yang harus dipikul
bersama. Dengan demikian, maka setiap diri kita ini akan menjadi seorang da’i,
dan tidak ada satupun di antara kita yang tidak melakukan kerja dakwah. Kita
harus berfikir dan mengambil keputusan, bahwa dakwah adalah pola hidup kita.
Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Quran: “Hai Nabi, katakan kepada mereka; inilah jalan-Ku, untuk menyajak
manusia kepada Allah, dan bagi mereka yang akan mengikuti-Ku”. Mereka yang menganggap dirinya sebagai ummat
Rasulullah SAW,
dan mengikuti sunnah-sunnah beliau, jalan hidup mereka adalah jalan hidup
dakwah. Oleh karenya, marilah kita jadikan dakwah sebagai pola hidup kita.
Dakwah kita
adalah kalimah imaniyah dan sholat. Kedua masalah ini bukan
merupakan kesempurnaan agama. Apakah yang dimaksud dengan kalimah. Ini adalah
kunci sorga dan dunia. Apabila kalimah imaniyah yang pada dasarkan adalah “yakin” kita pegang dengan teguh, maka
pintu-pintu gerbang sorga dan dunia akan terbuka lebar untuk kita. Tetapi
sayangnya, kalimah syahadat saat ini, tidak dapat mencegah kita dari perbuatan
haram. Oleh karena itulah, kita harus bekerja keras atas kalimah tersebut,
sehingga yakin masuk ke dalam hati, dan ada kekuatan untuk melaksanakan
perintah-perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Dalam kondisi semacam
inilah, maka kehidupan ini akan menjadi indah dan menyenangkan.
Demikian
pula halnya dengan sholat. Apabila
sholat dilaksanakan dengan cara yang benar, maka kita akan dapat terhindar dari
tindakan maksiat, karena Allah Ta’ala telah berfirman: “Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar”.
Namun demikian sholat kita saat ini, tidak dapat mencegah perbuatan kita dari
tindakan-tindakan syaitan, dan sholat itu tidak dapat mencegah perbuatan
maksiat. Sholat semacam ini, tidak mempunyai ruh. Tidak ada kehidupan dalam
sholat kita. Rasulullah SAW telah bersabda: “Sholat
yang tidak dapat mencegah perbuatan dosa dan tidak dapat menjauhkan syaitan,
itu sebenarnya bukan sholat”. Sholat semacam ini, tidak hidup dan tidak
mempunyai ruh serta tidak ada kekuatannya. Oleh karena itu, apabila kita yakin
terhadap kalimah imaniyah dan sholat kita hidup atau ada ruhnya, maka syaitan
dan kemaksiatan akan jauh dari kita. Para ulama telah menulis, bahwa sholat
adalah tindakan yang paling tepat untuk menjauhkan godaan syaitan.
Kita harus
sungguh-sungguh dalam melaksanakan sholat, dan menyampaikan dakwah tentang
sholat. Dengan demikian, maka ruh sholat akan memasuki kehidupan kita dan
sholat yang dilakukan secara benar sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW, dapat
kita kerjakan dengan baik. Kita tidak boleh marah kepada orang lain, yang belum
dapat melakukan sholatnya dengan betul, tetapi tugas kita adalah untuk
menyampaikan dakwah tentang sholat. Dengan dakwah tentang sholat inilah, maka
kebesaran sholat akan masuk ke dalam diri kita,
sehingga kita mudah melaksanakan sholat tersebut.
Demikian
pula halnya dengan dzikir. Apabila
amal kita semata-mata untuk mengingat Allah, berfikir tentang Allah, maka
amalan tersebut akan terasa hidup. Sedangkan sholat kita, kalau tidak disertai
dengan dzikir, maka tidak akan mempunyai kehidupan. Oleh karena itu, kita harus
membiasakan diri untuk mengerjakan dzikir, dan mencoba untuk selalu ingat
kepada Allah, pada saat apapun dan
dimanapun kita berada.
Tidak kalah
pentingnya, adalah masalah ilmu.
Masalah ilmu, mempunyai kaitan yang sangat erat dengan masalah iman. Melalui
ilmu inilah kita mengerti nilai-nilai amalan yang sedang kita lakukan. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering memahami tentang nilai-nilai benda atau
makhluk, tetapi kita tidak tahu nilai-nilai dari amalan agama. Apabila kita
tidak mengetahui berapa tingginya nilai suatu benda, maka hati kita tidak akan
tertarik kepada benda yang dimaksud. Tetapi, kalau kita mengetahui nilai dari
benda tersebut, maka hati kita akan sangat tertarik dan berupaya untuk
memilikinya. Hari ini, salah satu sebab atau alasan mengapa kita tidak
melakukan amalan sholeh, disebabkan oleh karena ketidak tahuan kita terhadap
nilai-nilai amalan tersebut. Kita tidak tahu, seberapa besar nilai suatu amalan
di hadapan Allah. Padahal satu amalan, bisa bernilai lebih besar daripada dunia
dan seisinya. Hanya satu amalan saja kita laksanakan, dapat menyelamatkan diri
kita. Seluruh dunia bergabung menjadi satu,
tidak dapat menyelamatkan kita dari api neraka, atau kemurkaan Allah.
Namun demikian, dengan satu amalan saja, kita dapat terselamat dari api neraka
dan dari murka Allah Ta’ala. Namun, masalahnya kita tidak mengetahui nilai dari
suatu amalan. Kita sungguh-sungguh lengah terhadap masalah ini. Oleh karena itu,
kita harus melakukan taklim tentang fadhail amal. Msalah ini harus diakukan
sedemikian rupa, sehingga keyakinan terhadap amal tersebut akan mengakar di
hati.
Selanjutnya
adalah masalah ikram. Kita harus
berikram terhadap sesama saudara. Hanya disebabkan karena tidak berikram kepada
saudara sesama muslim, maka kita tidak mendapatkan pahala dari Allah SWT. Pada
hari pengadilan nanti, seseorang akan menerima banyak amalan tentang shodaqoh,
puasa, sholat dalam buku amalnya. Namun demikian, ia menyakiti saudaranya yang
lain, maka seluruh amalannya tersebut akan mengalir ke orang yang disakiti itu,
sehingga buku amalannya sendiri menjadi kosong. Oleh karena itu, untuk menjaga
amalan kita sendiri, kita harus melaksanakan ikram. Sehingga tidak ada satupun
orang yang tidak kita hormati, tidak ada satupun orang yang kita sakiti, justru
kita berusaha berikram kepada mereka dengan cara yang sebaik-baiknya. Manakala kita bicara dengan
seseorang, harus kita sampaikan dakwah tentang ikram, sehingga tidak ada orang
yang akan menganggap enteng diri kita. Sebanyak mana kita memberikan ikram,
maka sebanyak itu pulalah kita akan selamat.
Masalah
lainnya, adalah ikhlas dalam niat.
Apakah yang dimaksud dengan ikhlas ?. Ikhlas adalah melakukan suatu amalan,
semata-mata hanya mengharapkan ridho dari Allah. Tidak mempunyai pamrih apapun
kepada makhluk, inilah yang disebut ikhlas. Rasulullah SAW telah bersabda: “Ikhlas adalah sebagian daripada iman”.
Apabila ikhlas ada dalam iman, maka itulah yang disebut sebagai sebenar-benarnya
iman. Dan apabila tidak ada ikhlas, maka akan muncul kemunafikan. Oleh karena
itulah, maka kita harus benar-benar ikhlas dalam setiap melakukan suatu amalan.
Di sisi lain, kita tidak boleh berangan-angan atau mengatakan diri kita sebagai
orang yang ikhlas (mukhlis). Karena masalah ini hanya Allah-lah yang akan
menentukannya, siapa sebenarnya hamba-Nya yang betul-betul mukhlis. Dan masalah
ini, tidak berada di tangan kita. Pada hari pengadilan nanti, barulah akan
nampak siapa yang sebenarnya termasuk orang yang dapat dikatagorikan sebagai
seorang mukhlis. Semoga Allah memberikan sifat ikhlas, dalam setiap amalan yang
kita lakukan.
Masalah
terakhir yang perlu diperhatikan adalah dakwah.
Dalam melaksanakan dakwah ini, kita perlu meninggalkan rumah untuk sementara
waktu, dan semua yang kita cintai yang selama ini telah merasuk ke dalam hati
kita. Inilah yang disebut sebagai keluar
di jalan Allah. Pada saat keluar di jalan Allah inilah, maka amalan-amalan
yang kita lakukan secara pelahan-lahan dan pasti, akan memasuki hati kita, dan
amalan itu sendiri akan terasa hidup, karena ada ruhnya. Oleh karena itu, dalam
melaksanakan dakwah ini kita harus bersungguh-sungguh. Apabila hal ini dapat
kita lakukan, maka kita akan merasakan kesejukan hati dalam melaksanakan dakwah.
Dan amalan-amalan selama keluar di jalan Allah ini, apabila diletakkan dalam
salah satu timbangan, maka timbangan amal ini akan turun ke bawah dan timbangan
di sebelah lainnya akan naik ke atas. Karena beratnya timbangan amalan
tersebut, sehingga seseorang berfikir timbangan tersebut akan menimpa dirinya.
Namun demikian, semua amalan itu hanya dengan syarat apabila dilaksanakan
dengan ikhlas dan penuh rasa yakin.