Allah
SWT meletakkan banyaknya kekuatan, kemuliaan, ketenangan dan kesuksesan dalam
agama-Nya. Tetapi, kekuatan, kemuliaan dan sebagainya itu dalam agama, akan
muncul, apabila agama ini ada pada diri-diri kita. Apa yang kita lihat pada
saat ini, seperti kekuatan atom, kekuatan senjata, kekuatan nuklir, kekuatan
suatu kaum dan kekuatan-kekuatan benda yang berbahaya lainnya, ini semua adalah
kekuatan dunia dan kekuatan makhluk saja. Tetapi kekuatan di dalam agama, ini
adalah kekuatan Allah SWT Rabbul Allamin. Jadi apabila dalam diri manusia itu
ada agama, maka kekuatan Allah akan bersama dia. Sedangkan kekuatan dalam agama
yang paling dahsyat adalah dakwah Ilallah.
Untuk
itu, kerja dakwah adalah kerjanya Allah SWT. Allah SWT tidak berhajat kepada
sholat, karena Dia tidak sholat. Allah SWT tidak berhajat kepada puasa, karena
Dia tidak berpuasa. Allah SWT tidak berhajat kepada zakat, karena Dia tidak
mengeluarkan zakat. Allah SWT tidak berhajat kepada dzikir, karena Dia tidak
berdzikir. Jadi Allah SWT tidak berhajat kepada ibadah, karena Dia tidak
beribadah. Tetapi, Allah SWT berhajat kepada kerja dakwah, karena Dia
berdakwah.
Di
dalam Al Quran, Allah SWT menyeru manusia mengajak kepada keselamatan, dan
keselamatan itu adalah sorga. Untuk itu, siapapun manusia yang kerja dakwah,
maka orang tadi akan mendapat kekhususan pertolongan dari Allah, dia akan
mendapat kekhususan rahmat dari Allah dan dia akan mendapat kekhususan kodrat
Allah akan bersamanya.
Mu’adzin
adalah sebagai da’i. Dan orang-orang yang datang untuk mengerjakan sholat
adalah sebagai abid. Jadi mu’adzin mengajak dan menyeru manusia, kemudian
orang-orang datang. Dalam riwayat Bukhari dijelaskan, sejauh mana adzan
dikumandangkan, sejauh mana suara muadzin terdengar, sejauh itulah syetan tidak
dapat tinggal. Bukan hanya syetan tidak dapat tinggal di situ, tetapi mereka
lari tunggang langgang terbirit-terbirit sambil terkentut-kentut. Mengapa demikian
?. Karena mua’dzin tadi adalah da’i. Kemudian pada waktu sholat, dimana para
abid berdatangan, maka syetanpun mulai mendekat kepadanya. Manusia tidak akan
bermanfaat kecuali dengan kehendak dari Allah SWT”. Dengan dakwah semacam ini,
maka kita akan mendapatkan Nur dari Allah SWT dan mendapat pengakuan dari
Rasulullah SAW. Kita mendapat Nur-nya Syuaib AS dengan pengesahan dari
Rasulullah SAW. Pada saat kita berdakwah kepada kelompok-kelompok orang atau
kaum tertentu, maka kita akan
mendapatkan Nur-nya para Nabi yang bekerja untuk kelompok atau orang yang
dimaksud. Misalnya kita berdakwah semacam Nabi Ibrahim AS yaitu kepada kaum
seperti yang didakwahi oleh Nabi Ibrahim AS, maka kita akan mendapatkan Nur-nya
Nabi Ibrahim AS dan pengakuan dari Rasulullah SAW. Demikian pula kita kalau
berdakwah kepada suatu kaum seperti yang didakwahi oleh Musa AS, maka kita akan
mendapatkan Nur-nya Musa AS dan pengakuan dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu,
kalau kita berdakwah kepada ummat manusia di seluruh alam, maka kita akan
mendapatkan Nur-nya Rasulullah SAW, dan pengakuan juga dari Rasulullah SAW.
Dalam berdakwah ini, kita harus letakkan seluruh alam di hadapan kita, dan kita
lakukan dengan penuh kesabaran, penuh kerisauan. Dengan berpikir semacam ini,
maka kita akan mendapatkan pahala seluruh alam.
Pada
setiap amalan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, Allah memberikan kekuatan
lebih daripada kekuatan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Ummat Islam
saat ini, tahu kekuatan atom, tahu kekuatan roket, mengetahui kekuatan
senjata-senjata, mengetahui kekuatan dari negara-negara, tetapi ummat Islam
sekarang tidak mengetahui kekuatan amal-amalnya Rasulullah SAW. Apabila amal
dakwah ini kita bawa dalam kehidupan dan kita masukkan dalam kehidupan kita,
maka apa yang akan terjadi, yaitu sekecil-kecilnya amal dari Rasulullah SAW
ini, lebih kuat dari kekuatan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Kekuatan
yang ada pada bumi, kekuatan yang ada pada langit, kekuatan yang ada pada
bintang-bintang, oleh Allah SWT kekuatan-kekuatan tersebut diletakkan pada
Malaikat. Kemudian seluruh kekuatan malaikat ini dikumpulkan, maka yang paling
kuat adalah kekuatan Jibril AS. Sedangkan bentuk asli malaikat Jibril AS yaitu
bentuk badannya, kakinya terletak pada tujuh lapisan bumi yang paling bawah dan
kepalanya berada di atas langit tingkat tujuh. Jibril AS mempunyai 600 sayap,
dan apabila satu sayap saja dibuka maka luasnya sudah dapat memenuhi timur
sampai barat.
Untuk
menghancurkan kaum Luth AS, Allah SWT telah mengirimkan Jibril AS. Kaum Luth
AS, mempunyai tujuh kampung dengan penduduk yang berjumlah ratusan ribu.
Kemudian, Jibril AS hanya membuka satu saja ujung sayapnya. Dengan ujung sayap
ini, Jibril AS mengangkat kampung-kampung tadi ke atas langit, sehingga sholat
yang kekuatannya lebih dahsyat dari apapun yang ada di muka bumi ini. Oleh
karenanya, berusahalah agar sholat kita ini mempunyai ruh. Inilah kerja dari
dakwah. Dengan maksud agar semua amalan kita ini mempunyai ruh. Dan semua yang
kita inginkan dapat dipecahkan dengan amalan.
Ummat
Islam saat ini, mengerjakan sholat hanya dengan maksud untuk mendapatkan sorga,
atau dia mengerjakan sholat agar mendapatkan kesuksesan di akhirat. Padahal
apabila kita mengerjakan sholat, Allah SWT telah memberikan dua jaminan di dua
alam, yaitu dijamin di akhiratnya dan juga dijamin di dunianya. Oleh karena
itu, dalam panggilan adzan tidak disebutkan hayya ‘ala ‘sh-sholah hayya ‘ala
jannah, hayya ‘ala ‘sh-sholah hayya ‘ala akhirat, atau wahai orang Islam
marilah kita sholat kemudian masuk sorga, wahai orang Islam marilah kita sholat
kita akan mendapat kesuksesan di akhirat, tidak demikian. Tetapi, hayya ‘ala
‘sh-sholah kemudian hayya ‘ala ‘I-falah.
Maksudnya, apabila orang Islam diperintahkan sholat maka di situ akan
mendapatkan kemenangan. Kemenangan yang dimaksud di sini, bukan hanya
kemenangan di jannah dan kemenangan di akhirat saja. Tetapi, Allah SWT
memberikan kemenangan itu di dunia dan juga di akhirat.
Rasulullah
SAW tidak pernah marah, dan tidak pernah mencaci atau dendam kepada seseorang,
kecuali kepada orang-orang yang meninggalkan sholat. Didalam suatu hadist,
Rasulullah SAW pernah memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian
akan membakar rumah-rumah orang yang tidak datang ke masjid untuk mengerjakan
sholat. Rasulullah SAW sangat marah kepada orang-orang yang tanpa udzur
mengerjakan sholatnya di rumah masing-masing.
Ummat
Islam sekarang ini telah rusak. Kerusakan tersebut bukan disebabkan kerusakan
yang ada di dalam negeri itu, bukan disebabkan karena pertokoannya, dan juga
bukan karena pekerjaan-pekerjaan yang lain. Tetapi kerusakan ummat saat ini,
akibat dari kemarahan Rasulullah SAW. Untuk itu, di dalam adzan hanya
dikumandangan tentang kalimah dan sholat. Oleh karenanya, dakwah yang paling
sempurna adalah dakwah tentang kebesaran Allah dan sholat. Sehingga bagi
seseorang yang ada kebesaran Allah dan sholat dalam dirinya, maka orang
tersebut akan mendapat kemenangan. Orang yang berdakwah atau mengumandangkan
adzan, tidak harus orang alim saja atau muhaditsin saja, dan juga tidak
orang-orang tertentu saja, tetapi siapa saja yang dapat melafadzkan adzan
dengan benar dan sesuai serta betul, maka
maka
Allah akan menjauhkan kita dari kerja ini. Mungkin seseorang tidak tahu, bahwa
dia kerja ini dengan kemampuannya, dengan kekuatannya, dengan kepandaiannya,
tetapi orang lain yang dapat menilai bukan dirinya sendiri. Orang lain tahu,
dengan takrir dia, dengan bayan dia yang hebat-hebat, Allah jadikan ia sebagai
asbab berkembangnya agama ini, dengan pikirnya ia buat kerja ini. Orang lain
tahu, apapun yang dibuat adalah semata-mata untuk kerja ini, maka orang semacam
ini akan diberikan oleh Allah kematian lebih dulu. Ini adalah kerja Allah,
Allah SWT tidak mau disangkut pautkan dengan yang lain-lain, ini adalah kerjanya Allah dan Allah tidak mau
diikut-ikutkan dengan yang lain-lain. Para sahabat menilai bahwa Rasulullah j
yang mengembangkan agama, maka Allah SWT telah angkat Rasulullah SAW terlebih
dulu. Demikian pula di jaman ini, orang berpandangan bahwa yang mengembangkan
agama ini adalah Maulana Ilyas, sehingga Allah SWT telah mematikan Maulana
Ilyas terlebih dulu. Untuk itu pada saat kita kerja ini, setelah kerja maka
kita nafikan semuanya bahwa bukan kita yang buat kerja, tetapi Allah-lah yang
membuatnya.
Ketika
Rasulullah SAW masuk kota Mekkah pada saat pembukaan kota Mekkah, dia sudah
berusaha berdakwah mati-matian untuk semua manusia, tetapi ketika Beliau SAW
masuk kota Mekkah, Beliau menafikan seluruh usahanya: Laa ilaaha illallahu
wa’dah, bahwa Allah yang berjanji dan Allah yang benar, hanya Allah yang satu,
saya tidak buat apa-apa, hanya Allah-lah sajalah yang membuatnya. Rasulullah
SAW berdakwah untuk seluruh ummat di seluruh dunia, kerja untuk seluruh
manusia, tetapi Rasulullah SAW menafikan kerjanya. Jadi, apa yang kita buat harus kita nafikan, begitu pula
Maulana Yusuf Rah.A, di akhir hayatnya maka Beliau berdo’a sebagaimana do’anya
Rasulullah SAW di waktu pembukaan kota Mekkah. Dan kemudian wahai manusia,
“bukan sayalah yang membuat, tetapi Allah-lah yang membuat”.
Untuk
itu, setelah kita membuat amalan jaulah dan sebagainya, taklim dan sebagainya,
bayan dan sebagainya, maka kita harus nafikan diri kita: “bukan kami yang
membuat, bukan saya yang membuat, tetapi Allah yang membuat”. Apabila kita
punya perasaan yang demikian, maka tidak akan timbul percekcokan, tidak akan
timbul perselisihan. Oleh karena itu di majelis ini, kita niatkan dan buat
keputusan, apapun yang telah kita kerjakan, ini bukan kita yang membuat, tetapi
Allah yang membuat. Demikian pula yang akan datang, bukan kita yang akan
membuat, tetapi Allah-lah yang akan membuat. Inilah yang harus kita pikirkan
dan kita putuskan. Kita harus putuskan, kita akan kerja, kerja dan terus kerja
sampai mati apapun