BAYAN SUBUH MAULANA SHAMIM DI MARKAZ INDONESIA, MASJID JAMI’ KEBON JERUK JAKARTA TANGGAL: 9 APRIL 2000


Allah SWT meletakkan banyaknya kekuatan, kemuliaan, ketenangan dan kesuksesan dalam agama-Nya. Tetapi, kekuatan, kemuliaan dan sebagainya itu dalam agama, akan muncul, apabila agama ini ada pada diri-diri kita. Apa yang kita lihat pada saat ini, seperti kekuatan atom, kekuatan senjata, kekuatan nuklir, kekuatan suatu kaum dan kekuatan-kekuatan benda yang berbahaya lainnya, ini semua adalah kekuatan dunia dan kekuatan makhluk saja. Tetapi kekuatan di dalam agama, ini adalah kekuatan Allah SWT Rabbul Allamin. Jadi apabila dalam diri manusia itu ada agama, maka kekuatan Allah akan bersama dia. Sedangkan kekuatan dalam agama yang paling dahsyat adalah dakwah Ilallah.

Untuk itu, kerja dakwah adalah kerjanya Allah SWT. Allah SWT tidak berhajat kepada sholat, karena Dia tidak sholat. Allah SWT tidak berhajat kepada puasa, karena Dia tidak berpuasa. Allah SWT tidak berhajat kepada zakat, karena Dia tidak mengeluarkan zakat. Allah SWT tidak berhajat kepada dzikir, karena Dia tidak berdzikir. Jadi Allah SWT tidak berhajat kepada ibadah, karena Dia tidak beribadah. Tetapi, Allah SWT berhajat kepada kerja dakwah, karena Dia berdakwah.

Di dalam Al Quran, Allah SWT menyeru manusia mengajak kepada keselamatan, dan keselamatan itu adalah sorga. Untuk itu, siapapun manusia yang kerja dakwah, maka orang tadi akan mendapat kekhususan pertolongan dari Allah, dia akan mendapat kekhususan rahmat dari Allah dan dia akan mendapat kekhususan kodrat Allah akan bersamanya.

Mu’adzin adalah sebagai da’i. Dan orang-orang yang datang untuk mengerjakan sholat adalah sebagai abid. Jadi mu’adzin mengajak dan menyeru manusia, kemudian orang-orang datang. Dalam riwayat Bukhari dijelaskan, sejauh mana adzan dikumandangkan, sejauh mana suara muadzin terdengar, sejauh itulah syetan tidak dapat tinggal. Bukan hanya syetan tidak dapat tinggal di situ, tetapi mereka lari tunggang langgang terbirit-terbirit sambil terkentut-kentut. Mengapa demikian ?. Karena mua’dzin tadi adalah da’i. Kemudian pada waktu sholat, dimana para abid berdatangan, maka syetanpun mulai mendekat kepadanya. Manusia tidak akan bermanfaat kecuali dengan kehendak dari Allah SWT”. Dengan dakwah semacam ini, maka kita akan mendapatkan Nur dari Allah SWT dan mendapat pengakuan dari Rasulullah SAW. Kita mendapat Nur-nya Syuaib AS dengan pengesahan dari Rasulullah SAW. Pada saat kita berdakwah kepada kelompok-kelompok orang atau kaum tertentu,  maka kita akan mendapatkan Nur-nya para Nabi yang bekerja untuk kelompok atau orang yang dimaksud. Misalnya kita berdakwah semacam Nabi Ibrahim AS yaitu kepada kaum seperti yang didakwahi oleh Nabi Ibrahim AS, maka kita akan mendapatkan Nur-nya Nabi Ibrahim AS dan pengakuan dari Rasulullah SAW. Demikian pula kita kalau berdakwah kepada suatu kaum seperti yang didakwahi oleh Musa AS, maka kita akan mendapatkan Nur-nya Musa AS dan pengakuan dari Rasulullah SAW. Oleh karena itu, kalau kita berdakwah kepada ummat manusia di seluruh alam, maka kita akan mendapatkan Nur-nya Rasulullah SAW, dan pengakuan juga dari Rasulullah SAW. Dalam berdakwah ini, kita harus letakkan seluruh alam di hadapan kita, dan kita lakukan dengan penuh kesabaran, penuh kerisauan. Dengan berpikir semacam ini, maka kita akan mendapatkan pahala seluruh alam.

Pada setiap amalan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, Allah memberikan kekuatan lebih daripada kekuatan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Ummat Islam saat ini, tahu kekuatan atom, tahu kekuatan roket, mengetahui kekuatan senjata-senjata, mengetahui kekuatan dari negara-negara, tetapi ummat Islam sekarang tidak mengetahui kekuatan amal-amalnya Rasulullah SAW. Apabila amal dakwah ini kita bawa dalam kehidupan dan kita masukkan dalam kehidupan kita, maka apa yang akan terjadi, yaitu sekecil-kecilnya amal dari Rasulullah SAW ini, lebih kuat dari kekuatan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi. Kekuatan yang ada pada bumi, kekuatan yang ada pada langit, kekuatan yang ada pada bintang-bintang, oleh Allah SWT kekuatan-kekuatan tersebut diletakkan pada Malaikat. Kemudian seluruh kekuatan malaikat ini dikumpulkan, maka yang paling kuat adalah kekuatan Jibril AS. Sedangkan bentuk asli malaikat Jibril AS yaitu bentuk badannya, kakinya terletak pada tujuh lapisan bumi yang paling bawah dan kepalanya berada di atas langit tingkat tujuh. Jibril AS mempunyai 600 sayap, dan apabila satu sayap saja dibuka maka luasnya sudah dapat memenuhi timur sampai barat.

Untuk menghancurkan kaum Luth AS, Allah SWT telah mengirimkan Jibril AS. Kaum Luth AS, mempunyai tujuh kampung dengan penduduk yang berjumlah ratusan ribu. Kemudian, Jibril AS hanya membuka satu saja ujung sayapnya. Dengan ujung sayap ini, Jibril AS mengangkat kampung-kampung tadi ke atas langit, sehingga sholat yang kekuatannya lebih dahsyat dari apapun yang ada di muka bumi ini. Oleh karenanya, berusahalah agar sholat kita ini mempunyai ruh. Inilah kerja dari dakwah. Dengan maksud agar semua amalan kita ini mempunyai ruh. Dan semua yang kita inginkan dapat dipecahkan dengan amalan.

Ummat Islam saat ini, mengerjakan sholat hanya dengan maksud untuk mendapatkan sorga, atau dia mengerjakan sholat agar mendapatkan kesuksesan di akhirat. Padahal apabila kita mengerjakan sholat, Allah SWT telah memberikan dua jaminan di dua alam, yaitu dijamin di akhiratnya dan juga dijamin di dunianya. Oleh karena itu, dalam panggilan adzan tidak disebutkan hayya ‘ala ‘sh-sholah hayya ‘ala jannah, hayya ‘ala ‘sh-sholah hayya ‘ala akhirat, atau wahai orang Islam marilah kita sholat kemudian masuk sorga, wahai orang Islam marilah kita sholat kita akan mendapat kesuksesan di akhirat, tidak demikian. Tetapi, hayya ‘ala ‘sh-sholah  kemudian hayya ‘ala ‘I-falah. Maksudnya, apabila orang Islam diperintahkan sholat maka di situ akan mendapatkan kemenangan. Kemenangan yang dimaksud di sini, bukan hanya kemenangan di jannah dan kemenangan di akhirat saja. Tetapi, Allah SWT memberikan kemenangan itu di dunia dan juga di akhirat.

Rasulullah SAW tidak pernah marah, dan tidak pernah mencaci atau dendam kepada seseorang, kecuali kepada orang-orang yang meninggalkan sholat. Didalam suatu hadist, Rasulullah SAW pernah memerintahkan untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian akan membakar rumah-rumah orang yang tidak datang ke masjid untuk mengerjakan sholat. Rasulullah SAW sangat marah kepada orang-orang yang tanpa udzur mengerjakan sholatnya di rumah masing-masing.

Ummat Islam sekarang ini telah rusak. Kerusakan tersebut bukan disebabkan kerusakan yang ada di dalam negeri itu, bukan disebabkan karena pertokoannya, dan juga bukan karena pekerjaan-pekerjaan yang lain. Tetapi kerusakan ummat saat ini, akibat dari kemarahan Rasulullah SAW. Untuk itu, di dalam adzan hanya dikumandangan tentang kalimah dan sholat. Oleh karenanya, dakwah yang paling sempurna adalah dakwah tentang kebesaran Allah dan sholat. Sehingga bagi seseorang yang ada kebesaran Allah dan sholat dalam dirinya, maka orang tersebut akan mendapat kemenangan. Orang yang berdakwah atau mengumandangkan adzan, tidak harus orang alim saja atau muhaditsin saja, dan juga tidak orang-orang tertentu saja, tetapi siapa saja yang dapat melafadzkan adzan dengan benar dan sesuai serta betul, maka
maka Allah akan menjauhkan kita dari kerja ini. Mungkin seseorang tidak tahu, bahwa dia kerja ini dengan kemampuannya, dengan kekuatannya, dengan kepandaiannya, tetapi orang lain yang dapat menilai bukan dirinya sendiri. Orang lain tahu, dengan takrir dia, dengan bayan dia yang hebat-hebat, Allah jadikan ia sebagai asbab berkembangnya agama ini, dengan pikirnya ia buat kerja ini. Orang lain tahu, apapun yang dibuat adalah semata-mata untuk kerja ini, maka orang semacam ini akan diberikan oleh Allah kematian lebih dulu. Ini adalah kerja Allah, Allah SWT tidak mau disangkut pautkan dengan yang lain-lain,  ini adalah kerjanya Allah dan Allah tidak mau diikut-ikutkan dengan yang lain-lain. Para sahabat menilai bahwa Rasulullah j yang mengembangkan agama, maka Allah SWT telah angkat Rasulullah SAW terlebih dulu. Demikian pula di jaman ini, orang berpandangan bahwa yang mengembangkan agama ini adalah Maulana Ilyas, sehingga Allah SWT telah mematikan Maulana Ilyas terlebih dulu. Untuk itu pada saat kita kerja ini, setelah kerja maka kita nafikan semuanya bahwa bukan kita yang buat kerja, tetapi Allah-lah yang membuatnya.

Ketika Rasulullah SAW masuk kota Mekkah pada saat pembukaan kota Mekkah, dia sudah berusaha berdakwah mati-matian untuk semua manusia, tetapi ketika Beliau SAW masuk kota Mekkah, Beliau menafikan seluruh usahanya: Laa ilaaha illallahu wa’dah, bahwa Allah yang berjanji dan Allah yang benar, hanya Allah yang satu, saya tidak buat apa-apa, hanya Allah-lah sajalah yang membuatnya. Rasulullah SAW berdakwah untuk seluruh ummat di seluruh dunia, kerja untuk seluruh manusia, tetapi Rasulullah SAW menafikan kerjanya. Jadi, apa yang  kita buat harus kita nafikan, begitu pula Maulana Yusuf Rah.A, di akhir hayatnya maka Beliau berdo’a sebagaimana do’anya Rasulullah SAW di waktu pembukaan kota Mekkah. Dan kemudian wahai manusia, “bukan sayalah yang membuat, tetapi Allah-lah yang membuat”.

Untuk itu, setelah kita membuat amalan jaulah dan sebagainya, taklim dan sebagainya, bayan dan sebagainya, maka kita harus nafikan diri kita: “bukan kami yang membuat, bukan saya yang membuat, tetapi Allah yang membuat”. Apabila kita punya perasaan yang demikian, maka tidak akan timbul percekcokan, tidak akan timbul perselisihan. Oleh karena itu di majelis ini, kita niatkan dan buat keputusan, apapun yang telah kita kerjakan, ini bukan kita yang membuat, tetapi Allah yang membuat. Demikian pula yang akan datang, bukan kita yang akan membuat, tetapi Allah-lah yang akan membuat. Inilah yang harus kita pikirkan dan kita putuskan. Kita harus putuskan, kita akan kerja, kerja dan terus kerja sampai mati apapun